Saya pernah ngerasain yang namanya “diam-diam cinta” seperti yang ada di lagunya Ahmad Dhani feat Dewi Persik yang lagi hot saat ini. Sebenarnya arti dari diam-diam cinta itu bisa bermacam-macam. Bisa mencintai orang secara diam-diam tanpa diketahui orang lain, atau bisa juga malah yang dicintai itu tidak tahu kalau kita mencintainya.
Namun dalam kasus saya ini, saya mencintai seseorang tanpa ada orang lain yang tahu. Hemm.. saat itu saya tak bisa mengatakan bahwa saya mencintai seorang lelaki yang bernama Fikri (tentu saja nama sengaja saya samarkan), karena status saya saat itu not available alias sudah ada pacar. Begitu pula dengan fikri, kebetulan dia adalah pacar dari salah satu teman saya. Membingungkan bukan ??! Yah.. saya sendiri bingung.
Cerita berawal saat saya dengan pacar saya saat itu sedang banyak masalah. Tiap hari saya di sibukkan dengan meladeni amarah dan sifat keakuan dari pacar saya. Nah.. disaat-saat saya lagi in deep shit banget, Fikri tiba-tiba aja datang dan menawarkan sebuah persahabatan. Tawaran itu sudah pasti saya terima dengan tangan terbuka *mengingat saya ini kan wanita yang suka berteman :-D*. Setiap saya ada masalah dan dirundung kesedihan *ciee bahasa saya mellow banget *, Fikri selalu mengingatkan gimana caranya ketawa lagi. Di mata saya, Fikri itu seorang lelaki yang tahu dimana harus serius dan dimana ia bisa bercanda.
Meski sangat jarang bertatap mata dengannya, saya bisa ngerasa enjoy buat berbagi cerita dan bercanda dengannya. Hampir setiap tengah malam hingga dini hari saya menyempatkan untuk bertegur sapa dengannya lewat telfon *maklum tengah malam tariff telfon murah*. Sms-sms gak penting terkadang juga mewarnai kebersamaan saya dengan Fikri. Arah pembicaraan kami-pun sangat bermacam-macam, mulai dari yang recehan hingga hal-hal berat. Ngerasa aneh sendiri sih kalau mengingat semua pembicaraan antara saya dan Fikri. Pernah kita ngebahas persahabatan si kodok dan si semut di lagunya Susan. Kita bertengkar Cuma gara-gara ngeributin mungkin gak sih kodok temenan sama si semut ? *padahal hal gitu gag penting banget buat di ributin. Tapi di saat yang sama pula kita bisa ngebahas tentang nasionalisme,berfilsafat gak jelas,ngegombal ,ngomongin cinta, bahkan sharing tentang mimpi. Akan tetapi, meski antara saya dan fikri sering bertukar cerita dan pendapat, sejujurnya saya tak mengenal baik siapa itu fikri. Untuk tahu nama lengkapnya-pun saya membutuhkan waktu yang lama. Bahkan sampai sekarang ini saya tak pernah benar-benar tahu kapan hari ulang tahunnya atau makanan kesukaan dia. Di satu sisi dia sangat tertutup untuk hal itu. Selama ini saya dan Fikri hanya banyak membicarakan mimpi, berdebat dan bercanda tak tentu arah. Kami sama sekali gak pernah membicarakan tentang kita, tentang dia. Selalu semuanya tentang saya. Tapi saya menikmati semua itu.
Lama-kelamaaan waktu membawa saya pada sebuah titik dimana saya harus mengakui bahwa saya jatuh cinta pada Fikri. Hemm.. padahal saat itu saya masih pacar orang *kasian..kasian.. kasian*. Tuhan meletakkan saya pada situasi dan kondisi dimana semuanya diluar kendali otak dan hati saya *hadehh saya mulai pusing dengan bahasa saya sendiri :-p*. Saya takut untuk mengakui bahwa saya jatuh cinta. Selain sadar akan status saya dan status dia yang pacar orang, saya takut dia tidak merasakan hal yang sama. Pernah saat ngobrol dengannya via telfon saya memberanikan diri untuk bertanya :
“hemm kalo seandainya suatu saat aku mau sama kamu, kamu mau putusin pacarmu ??” tanyaku saat itu
“hah ?! Ya gak maul ah ..” jawabnya
“kenapa ??”
“Ya.. soalnya aku kan gak mau jadi cowok yang gak setia di mata kamu”jawabnya sekali lagi.
Hening seketika.
Sumpah, mendengar jawabannya saya malu setengah mati *untung itu di telfon, kalu ugak udah pasti saya langsung lari entah kemana hihihi”. Namun setelah lama-lama saya pikir, apa yang Fikri katakan ada benarnya juga. Jika saya yang di posisi Fikri sudah pasti jawaban saya juga gak mau putusin pacar saya. Lha kalu dia atau saya jawab ‘mau’ pasti suatu saat kalo kita beneran pacaran terus ketemu dengan orang yang membuat kita lebih nyaman pasti kita bakal kayak gitu lagi memilih putus dan berlalu bersama orang baru. Saya tak mau itu terjadi.
Akhirnya saya hanya bisa memendam perasaan itu sendiri. Diam-diam saya jatuh cinta pada Fikri, tanpa seorangpun tahu. Demi kebaikan aku, dia dan hati orang lain. Diam-diam saya mengaguminya, cara bercandanya, marahnya, seriusnya, dan semua tentangnya. Diam-diam saya mengharapkannya, mengharapkan suatu saat ia bisa menjadi pendamping saya. Dan akhirnya dalam diam saya mengikhlaskannya. Mengikhlaskan pada Tuhan , pasrah pada takdir yang membawa kita berdua. Entah bagaimana akhirnya, diam-diam pula saya tetap berdoa. Untukku, untuknya, dan untuk semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar