A. IDENTITAS ANAK
Nama : M. Adam Amri Gunarsya
Nomer induk : 050129
Jenis kelamain : Laki-laki
Alamat : Perum Graha Al-Ikhlas P.4 Jl. Haji Syukur
P.4 Juanda
Tempat Tanggal lahir : Surabaya , 20 Juli 1998
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan/kelas : SLBN Gedangan Sidoarjo/5 SD
Anak urutan ke : 1 dari 2 bersaudara
Jenis kecacatan : C
Diterima di Sekolah ini ini : C.1 sejak juli 2005
Nama Ayah : Anang Aminudin
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Ita Rinawati
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Kegiatan Ekstra : Pramuka
A. LATAR BELAKANG
Manusia secara hakiki adalah merupakan makhluk social. Sejak lahir ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, makanan, minuman dan lain-lainnya.
Dan dalam pribadii manusia, pada dasarnya memiliki Super Ego yang berkembang terus-menerus selama ia hidup.Super-Ego yang terdiri atas hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainny, sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan social, manusia itu tidak dapat berkembang sebagai manusia yang selengkap-lengkapnya.
Hal tersebut berlaku pula bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus khususnya anak tunagrahita. Anak tunagrahita ini memilki Super-Ego pula. Jadi merekapun perlu melakukan interaksi social dengan keluarganya, masyarakat, dan kelompoknya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Meskipun dalam beberapa hal mereka berbeda dengan orang normal kebanyakan, mereka juga memiliki beberapa perilaku social yang mereka gunakan untuk melakukan interaksi social.
Akan tetapi ada beberapa perilaku social anak tuna grahita yang berbeda dengan anak normal lainnya bahkan bisa dikatakan menyimpang dari perilaku anak normal.
Saat ini, lingkungan melihat anak tunagrahita sebagai individu yang aneh, memiliki kekurangan dan tidak dapat berkarya. Penilaian yang demikian mengakibatkan anak tunagrahita benar-benar kurang berharga dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasinya. Adanya hambatan dalam perkembangan sosialisasi mengakibatkan kecenderungan menyendiri serta memiliki sifat tertutup.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis anak tuna grahita khususnya Adam, mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Ia cenderung pemalu dan pendiam saat bertemu dengan orang yang baru dikenalnya. Bahkan untuk menyebutkan namanya sendiri ia tidak mau. Anak juga sangat kesulitan untuk mengungkapkan apa yang di inginkannya pada orang lain karena anak sangat tertutup dan tidak responsive.
Akan tetapi dalam lingkup kelas, Adam termasuk anak yang aktif dan suka bergaul. Anak suka membantu temannya dalam mengerjakan tugas sekalipun tugasnya sendiri belum selesai. Sesekali anak juga senang mengganggu teman sebangkunya , sehingga terkadang menjadi pemicu pertengkaran antara anak dan temannya.
Di dalam kelas, anak kurang berani dalam menunjukkan kemampuannya. Ia juga cenderung gampang menyerah dan tunduk pada perlakuan teman sekelasnya. Seperti contohnya saat kertas kerajinannya di rebut oleh temannya, anak hanya meminta dan seterusnya ia pasrah apakah kertas kerajiannya dikembalikan padanya atau tidak. Dan anak akan acuh saat ia menemukan suatu hal yang menarik untuk dikerjakan. Ia tidak merespon apapun bentuk panggilan dan gangguan yang ditujukan padanya.
Akan tetapi hal tersebut tidak membuat teman-teman sekelasnya membenci dan menjauhinya. Teman-teman sekelasnya juga simpati pada Adam karena ia suka menolong dan tidak pamrih.
Bila dengan guru kelasnya , anak cenderung suka membantah apa yang diterangkan padanya. Akan tetapi hal tersebut akan berbeda saat ia diberi tugas oleh guru. Ia akan mengerjakan tuganya apabila sudah diperintah oleh guru. Anak sangat tergantung pada orang lain dalam mengawali suatu tindakan atau pekerjaan. Ia senang bila sudah dipaksa oleh gurunya. Dengan begitu ia merasa bahwa ia juga diperhatikan oleh gurunya.
Dalam lingkup sekolah Adam kurang bisa bersosialisasi dengan murid lainnya. Ia lebih suka menyendiri dan melihat-lihat hal-hal yang menarik baginya. Adapun ia bermain, maka ia hanya akan bermain dengan murid-murid yang sekelas dengannya dan murid yang kelasnya lebih rendah. Hal ini merupakan salah satu efek dari lemahnya mental anak tunagrahita sehingga lebih suka bermain dengan anak yang lebih rendah usianya. Anak akan merasa takut dan merasa dikucilkan bila ia bermain dengan anak –anak yang lebih tua atau sebaya.
Di rumah, anak juga bermain dengan adiknya saja, baik itu bermain Playstation maupun hanya sekedar bercanda. Umur anak dengan adiknya selisih 2 tahun saja. Namun dalam interaksi antara Adam dan adiknya disini, yang menjadi penuntun dan penjaga adalah adiknya bukan Adam. Ini dikarenakan adiknya memiliki intelegensi yang normal sehingga diknya mampu membantu dan mengarahkan Adam yang terkadang sering bersikap kekanak-kanakan.
Terkadang Adam diajak bermain keluar oleh adiknya. Di situlah anak bermain dengan anak-anak normal lainnya. Anak-anak normal lainnya bisa menerima keadaan anak dengan baik. Namun ada beberapa yang terkadang mengolok-olok keadaan anak sehingga menimbulkan rasa rendah diri pada anak dan akhirnya ia menutup diri dari pergaulan dengan anak normal.
Adapun ia bermain dengan anak normal ia akan bermain dengan anak yang usianya berada jauh dibawahnya. Karena dengan anak-anak yang lebih rendah usianya itulah anak bisa berinteraksi tanpa harus menerima olok-olokan yang membuat psikisnya down. Bila bermain dengan anak-anak yang berusia dibawahnya, ia bisa lepas mengekspresikan jiwa bermainnya.
Beberapa Perilaku yang cenderung menyimpang dari anak normal tersebut sangat tidak menguntungkan bagi anak tunagarahita, oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dikaji tentang bagaimana perilaku sosial anak tunarungu jika ditinjau dari segi sosiologi dan antropologi.
- RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana perilaku seorang anak tunagrahita dalam bersosialisasi jika ditinjau dari segi sosiologis dan antropologi”
- TUJUAN PENGAMATAN
Tujuan pengamatan dalam penyusunan laporan ini adalah :
1. Untuk mengumpulkan bahan dan data tentang riwayat ekologis anak agar penerapan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan tepat.
2. Untuk mengkaji dan menganalisis ada tidaknya hubungan antara riwayat sosiologis dan antropologis terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.
PEMECAHAN MASALAH
Apa yang dialami oleh Adam tentu saja tidak kita harapkan terjadi pada anak lainnya. Setidaknya ada pencegahan yang terlebih dahulu dilakukan sebelum seorang anak terlanjur menutup dirinya dari interaksi luar dan acuh pada linkungan. Namun jika pencegahan terlambat dilakukan, penanganan yang tepat masih bisa dilakukan asalkan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Adapun saran yang dapat diberikan melalui kajian ini sebagai berikut :
1. Pemberian kasih sayang yang utuh dari orang-orang terdekat.
2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk pembinaan bicara bagi Adam.
3. Dorongan dan dukungan orang-orang terdekat untuk membantu memperhatikan dan berusaha mencukupi kebutuhan Adam sehari-hari.
4. Perlu adanya peningkatan hubungan interpersonal antara guru di sekolah dengan lingkungan keluarga.
5. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Adam untuk dapat bergabung dengan lapisan masyarakat dalam berbagai kegiatan.